Sabtu, 16 Agustus 2014

Sejarah Berdirinya PORAS BRAWIJAYA




Kali ini mungkin saya akan sedikit bercerita tetang sejarah perguruan yang saya ikuti, yaitu PORAS BRAWIJAYA.

Sebelumnya PORAS BRAWIJAYA terbentuk, pada tahun 1964 bapak pendiri atau bapak pembina yang bernama Bpk. H. Herman Sugito ikut kegiatan beladiri JIU YIT SU di Jl. Kaliasin ( sekarang Jl. Basuki Rahmat ) sampai tahun 1966.

Tahun 1968 beliau diajak teman Pramuka untuk latihan beladiri Pencak Silat, dalam latihannya, beliau bersama temanya ( Bpk. Himantoro / alm ) dilatih secara privat oleh guru silat dari Pamekasan - Madura yang bernama Bpk. Bustami Barasubrata ( alm.). Dalam latihan pertamanya, beliau dan teman beliau mengambil tempat di rumah guru di Jl. Kalibutuh kemudian rumah guru di Jl. Bulak Rukem Timur. Pada saat itu beliau ( bapak pembina ) bersekolah di STM Negeri 1 - di Jl. Patua ( sekarang SMK ) dan Bpk. Himantoro bersekolah di STM Perkapalan ( di PN. Dok-Tg. Perak ). Latihan tersebut berkembang dengan pesat karena Bpk. Bustami dinas di kantor Gubernur, maka latihan berpusat di Kantor Gubernur.
Tahun 1969 beliau merekrut teman-temanya di STMN 1 dan menjadi Koordinatornya serta Bpk. Himantoro sebagai Koordinator di STM Perkapalan dan merekrut teman-temannya.

Pada tahun 1970 kegiatan ini di beri nama ' YIU SI KA - PERISAI PUTIH '. Kata-kata YUI SI KA adalah singkatan dari : YIU JIT SU - SILAT - KARATE. hal ini karena materi latihan yg d brkan mencakup 3 teknik / aliran.

Samapai pada tahun 1973 perguruan ini mengajukan permohonan untuk menjadi anggota IPSI Surabaya. Tapi oleh ipsi di tolak karena ada unsur YIU dan KA yaitu YIU JIT SU & KARATE. Pada tahun 1973 YIU SI KA PERISAI PUTIH menghilangkan nama / kata YIU dan KA sehingga namanya menjadi ' Perguruan Silat PERISAI PUTIH ' saja dan sejak tahun 1973 Perguruan Silat PERISAI PUTIH di terima sebagai anggota IPSI Surabaya.

Pada tahun 1980 beliau di tempatkan sebagai Koordinator Latihan di SMP /  SMA GIKI Jl. Diponergoro 152 Surabaya dan sebagai guru pembimbing dari sekolahan adalh Bpk. Djalal Hariyanto Syafi'i ( guru olah raga di SMP GIKI ).

Pada tahun 1985 ada kejuaraan antar perguruan silat sekota Surabaya dan oleh guru beliau di tunjuk sebagai pelatih tim Perisai Putih dan Bpk. Djalal sebagai Manager Team. Dari salah satu pelatih di Kantor Gubernur ( sdr. Suprapto ) ada berita bahwa tim Perisai Putih Surabaya mendapat darna dari Kantor Gubernur sebesar Rp. 2.000.000 tapi oleh guru yang menerima dana tersebut tdk diberikan kepada Manger Team tapi hanya dibelikan baju/kaos training itupun hanya atasannya saja. Begitu selesai pertandingan, maka diadakan pertemuan seluruh penguru dan Koordinator dari  7 cabang latihan dan terjadi perdebatan sengit dan pada akhirnya Bpk. Djalal mengundurkan diri dari perguran Perisai Putih dan cabang latihan GIKI dinyatakan DITUTUP / DIBUBARKAN.




Dengan ditutupnya cabang GIKI, maka beliau juga menyatakan ‘undur diri’ dari Perisai Putih tapi kegiatan tetap berlangsung. Dengan jumlah anggota sekitar 40 orang, kegiatan latihan di GIKI berlatih tanpa ada bedge baik IPSI dan perguruan.




Beliau dengan Bpk. Djalal berunding untuk membentuk perguruan sendiri pada bulan September 1985 tepatnya tanggal 10 kegiatan di GIKI terbentuklah organisasi Perguruan Silat yang bernama : PORAS BRAWIJAYA singkatan dari Perkumpulan Olahraga Silat Binaraga Jiwa Wirajaya.

Jumat, 15 Agustus 2014

Sejarah Pencak Silat

hey guy's, ini postingan pertama gue, ya walupun ini cuma singkat, tp mungkin ini bermanfaat.

Sejarah Pencak Silat

Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan kerajaan kerajaan di nusantara berkembang sejalan dengan sejarah masyarakatnya yang berbhineka tunggal ika dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh cikal bakal bangsa Indonesia, pencak silat dibentuk oleh situasi kondisinya dari Sejarah Indonesia
Kini Pencak Silat kita kenal dengan wujud serta corak beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek sendi pertahanan dan penyerangan sebagai seni ilmu beladiri yang merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa melayu yang dimiliki dari hasil budi daya turun temurun.
Ilmu beladiri ini mempunyai struktur yang sangat dirahasiakan oleh perguruan pendirinya, kecuali perguruan yang sudah terdaftar yang meliputi jurus dan senjata kedigdayaan yang dipatenkan bagi seluruh anggota anggotanya.
Hanya secara turun temurun juga bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah beladiri ini dituturkan, sifat-sifat ketertutupan ini karena dibentuk sejak zaman kerajaan-kerajaan juga zaman penjajahan pada masa lalu merupakan hambatan pengembangannya, dimana kini kita yang menuntut keterbukaan yang lebih luas, maka ilmu silat setara dengan ilmu beladiri lainnya, maka tidak heran pencak silat mendunia pada abad kini.

Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda

Indonesia mempunyai peradaban tinggi, dengan Manusia Jawa dan Situs Gunung Padang sebagai rumahnya, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun kerajaan yang maju dan saling menindas, daerah-daerah dan pulau-pulau tersebut dihuni berkembang menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan bermacam-macam pula untuk kehidupan, tata pembelaan diri pada zaman tersebut terutama didasarkan pada kemampuan pribadi yang tinggi, merupakan dasar dari sistem mawas diri, baik dalam menghadapi perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.
Para pendekar ahli beladiri mendapat tempat yang tinggi di masyarakat, begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yang ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus, pasukan pembantai dan terbantai pada zaman Tarumanegara, Sriwijaya sampai Majapahit serta kerajaan lainnya pada masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri individual yang ngeri, kekuatan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu bela diri sangat utama, untuk menjadi prajurit atau pendekar diperlukan puasa, sabar dan tekun latihan yang mendalam, di bawah bimbingan seorang guru.
Pada masa kepercayaan Animisme, Majusi, Agama Yahudi, Budha, Hindu, Kristen, Islam ilmu pembelaan diri diajarkan oleh penganutnya, sehingga seluruh agama memilikinya, tapi basis-basis agama Islam lebih terkenal dengan ketinggian karomah mukjijat malaikat yang mengikutinya, seperti sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan pembawaan turun temurun sebagai bangsa penjajah atau penyerang yang juga sadar akan pada waktunya menjadi bangsa terjajah, atau membela diri dari balatentara Dajal bersama senjata senjata pamungkas, mustika, cakra yang jika jatuh ditangan orang yang tidak tepat, maka perang dunia ketiga akan menjadi petaka akhir zaman.

Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda

Pemerintah Hindia Belanda jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah, juga tidak memberi kesempatan perkembangan silat sebagai pembelaan diri, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya, larangan berlatih beladiri ditiadakan, berkumpul, berkelompok akan dicurigai, sehingga perkembangan silat pembelaan diri sejak jaman kerajaan yang dulu berakar kuat menjadi kehilangan pijakan, hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil, silat dipertahankan, kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni saja, kesenian semata-mata digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja, hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang, pengaruh dari penekanan pada zaman penjajahan ini banyak mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya, setelah kerajaan belanda menyerah tanpa syarat, dikarenakan dibantai oleh kerajaan Jerman dan ditakut-takuti oleh Kerajaan Jepang.

Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang

Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda, terhadap Pencak Silat didorong dan dikembangkan untuk kepentingan pasukan didikan jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu, di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat, di seluruh Jawa serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah.
Di Jakarta pada zaman jepang para pembina Pencak Silat diusulkan menjadi suatu olahraga yang dipakai sebagai gerakan beladiri pada tiap-tiap sekolah-sekolah, usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, bertujuan dipergunakan untuk semangat pasukan yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang.
Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu, kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.

Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan

Walaupun pada masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional, menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia, maka pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) dengan susunan pengurus besar, kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.
Bapak-bapak pendiri IPSI adalah :
  • Wongsonegoro : Ketua Pusat Kebudayaan Kedu
  • Soeratno Sastroamidjojo  : Sekretaris Pusat Kebudayaan Kedu
  • Marjoen Soedirohadiprodjo: Pencak Silat Sumatra
  • Dr. Sahar  : SHO
  • Soeria Atmadja  : Pencak Silat Jawa Barat
  • Soeljohadikoesoemo  : Padepokan Setia Hati Madiun
  • Rachmad Soeronegoro  : Padepokan Setia Hati Madiun
  • Moenadji  : Padepokan Setia Hati Solo
  • Roeslan  : Padepokan Setia Hati Kediri
  • Roesdi Iman Soedjono  : Padepokan Setia Hati Kediri
  • S. Prodjosoemitro  : PORI bagian Pencak
  • Moh. Djoemali  : Padepokan Setia Hati Yogyakarta
  • Margono  : Padepokan Setia Hati Yogyakarta
  • Soemali Prawirosoedirjo  : Ketua Harian PORI
  • Karnandi  : Sekretaris Kementerian Pembangunan dan Pemuda
  • Ali Marsaban  : Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran kalangan Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.
Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan pada tahun lima puluhan, kurang mendapat perhatian, kemudian mulai dirintis dengan diadakannya suatu Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu, Bogor, dalam seminar ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bangsa Indonesia dengan nama "Pencak Silat" yang merupakan kata majemuk, di masa lalu tidak semua daerah menggunakan istilah Pencak Silat, beberapa daerah di jawa lazimnya digunakan nama Pencak sedangkan di Sumatera orang menyebut Silat, sedang kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus begitu juga dengan kata silat.
Pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan.
Silat, mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, bersumber pada kerohanian, tenaga, suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri manusia dari beladiri juga bencana, dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan tenaga kebatinan, definisi pencak silat selengkapnya yang pernah dibuat PB, IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah sebagai berikut :

Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup dan alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pencak silat adalah sebutan untuk beladiri tradisional asli indonesia yang keberadaan dan kelestariannya harus di pertahankan. Sebagai pemuda Indonesia akan merasa bangga bahwa kita memiliki olahraga beladiri yang tidak kalah hebat dengan beladiri asing seperti taekwondo, karate, judo, dan lain sebagainya. Beladiri asing yang berkembang di negara kita merupakan kebanggaan asal negara pendiri beladiri tersebut. Kita juga harus bangga seperti adanya pencak silat yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia harus kita kembangkan di negeri kita khususnya dan negara-negara lain pada umumnya. Dengan berkembangnya pencak silat di negera lain maka Indonesia akan harum di negara lain.
O'ong Maryono (1999:91) mengatakan:
Usaha memelihara pencak silat memang diperlukan oleh karena keadaan pencak silat pada awal Republik Indonesia berdiri sedang memburuk. Banyak perguruan yang tidak berfungsi lagi, dan banyak tokoh dan pendekar yang mengundurkan diri dari dunia pencak silat. Hal ini disebabkan ketidakstabilan politik dan situasi ekonomi yang belum menentu di negara kita yang baru merdeka. Pengaruh lain adalah tidak adanya rangsangan dari luar yang dapat mendorong perkembangan pencak silat. Selama masa penjajahan Belanda dan Pendudukan Jepang, pencak silat mempunyai peran hakiki di masyarakat sebagai sarana serangan dan bela diri, tetapi dengan adanya perubahan belum ditemukan arti dan fungsi yang sesuai dengan masa perdamaian. Di masa sekarang fungsi dan arti pencak silat sangatlah penting salah satunya sebagai alat pemersatu bangsa melalui pertandingan pencak silat.
Mengingat seperti cabang olahraga yang lain yang mempunyai induk cabang olahraga, pencak silat juga membentuk suatu wadah tunggal yaitu IPSI kepanjangan dari Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia. IPSI berdiri pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta. Tujuan dari terbentuknya IPSI adalah:
1.Mempersatukan dan membina seluruh perguruan pencak silat yang ada di Indonesia.
2.Menggali, melestarikan, mengembangan dan memasyarakatkan pencak silat beserTa nilai-nilainya.
3.Menjadikan pencak silat beserta nilai-nilainya sebagai sarana nation and charabter building serta sarana perjuangan bangsa.
Mengapa pencak silat bisa dikatakan atau termasuk salah satu olahraga menurut Notosoejitno (1997:84), kata "sport" (olahraga) dilihat dari bahasanya adalah kesibukan manusia untuk mengembirakan diri sambil memelihara jasmani yang mempunyai tujuan. Jadi olahraga adalah suatu usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan, dan membina kekuatan jasmaniah maupuan rokhaniah pada tiap manusia.
Menurut The International Council of sport and Physical Education atau Dewan International Olahraga dan Pendidikan Jasmani dalam Notosoejitno (1997:84), dinyatakan bahwa olahraga adalah kegiatan bersifat permainan yang memberikan kesenangan batin serta menyehatkan tubuh dan pertandingannya harus dilaksanakan dengan semangat sportivitas dan kejujuran (kesatriaan/fair play).
Pencak silat olahraga telah dikompetisikan tingkat IPSI sejak tahun 1950 dan sejak tahun 1973 diikutsertakan dalam Pekan Olahraga Nasional di tingkat Internasional menurut versi PERSILAT dan sejak tahun 1987 diikutsertakan dalam SEA Games (Notoroejitno, 1997:85).
Pencak silat merupakan kelompok-kelompok latihan yang disebut "Aliran dan Perguruan", Aliran pencak silat itu sendiri bukanlah faham atau mazhab. Perbedaan aliran itu biasa dilihat lewat praktek fisikal dan karena itu cabang dan aliran pencak silat apapun tetap dijiwai dan dimotivasi oleh falsafah budi pekerti luhur serta mempunyai aspek mental spiritual sebagai aspek pengendalian diri. Perguruan pemaknaannya sering dikacaukan dengan aliran pencak silat. Aliran adalah gaya pencak silat yang diajarkan, dianut dan dipraktekkan oleh sesuatu perguruan. Perguruan adalah lembaga pendidikan yang mendidik, mengajarkan dan melatih pencak silat. Jadi pencak silat terdiri dari perguruan-perguruan yang mana perguruan tersebut mempunyai ciri khas tersendiri yang disebut aliran. Ada berbagai perguruan yang ada di Indonesia, diantaranya: Tapak Suci, Merpati Putih, Setia Hati, dan lain sebagainya.
Ditinjau dari cabang pencak silat yang diajarkan, menurut Notosoejitno (1997:84) ada 3 kategori perguruan pencak silat, yakni: (1) perguruan pencak silat "beladiri" (2) perguruan pencak silat "seni" (3) perguruan pencak silat "olahraga". Ketiga kategori perguruan tersebut ada yang mengajarkan dan memadukan pencak silat Mental-Spiritual dengan cabang pencak silat yang diajarkan. Dan untuk pengembangannya suatu perguruan akan mendidik siswanya ke arah prestasi, yaitu melalui pencak silat olahraga yang sering dipertandingkan.